Kalo ditanya tentang kota bersejarah paling tua didunia, kairo adalah
salah satu jawabannya. Kota tua ini bak warisan peradapan bangsa-bangsa yang
pernah berjaya dalam sejarah. Kairo telah memulai sejarah sejak millenium
keempat sebelum masehi. Tepatnya tatkala Fir’aun (Pharaoh) mendirikan kota
Menphis, selatan pusat kota sekarang.
Ketika bangsa Yunani Kuno berkuasa, Kota Heliopolis pun dibangun. Namun
sayang “Kota Matahari” ini sirna. Dari puing-puingnya bagai ditelan debu gurun untuk
selamanya. Supaya terus dikenang, penyebutan Heliopolis masih tetap dinobatkan
untuk kawasan mishr al-jadidah saat ini. Sedangkan Babilon adalah nama kota
yang dibangun oleh bangsa Persia ketika mereka menancapkan kuku di Mesir.
Seluruh kota yang dibangun pada masa sejarah permulaan dana awal masehi
hampir bisa dikatakan telah punah. Yang dapat disaksikan adalah Kota kairo yang
dibangun sejak masa Futuh islami abad pertengahan dan Kairo Alaweyad pada masa
Muhammad Ali. Karenanya, bangunan Kota Kairo dapat kita klasifikasikan menjadi
tiga periode: Periode pertengahan, Muhammad Ali dan kontemporer.
Pembangunan Kairo abad pertengahan dimulai sejak futuh yang dilakukan
Amru bin Ash tahun 641 M/ 20H. Panglima Amru mendirikan Kota Islam pertama di
Afrika bernama Fusthath. Kota ini terus berkembang sebagai pusat penyebaran
Islam di Afrika sampai berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah. Manakala Bani
Abbasiah berkuasa, Khalifah Abu Abbas Abdullah al-Saffah menunjuk Abdul Malik
bin Yazid sebagai Gubernur Mesir. Entah karena alasan politik, Abdul Malik pun
membangun Kota Askar sebagai pusat pemerintahan menggantikan Fusthath. Kota
Askar ini mulai dibangun tahun 751M/133H.
Dinasti Thoulouniyah berkuasa. Ahmad bin Thouloun membangun ibukota baru
pula. Pusat pemerintahan baru ini dibangun tahun 870 M/256 H dengan nama
Qathai’. Berdampingan dengan kota Askar, kota ini bertahan sampai Dinasti
Ikhsyid.
Boleh jadi sebuah kebanggan kalau setiap penguasa atau dinasti sanggup
membangun ibu kotanya sendiri. Tahun 969 M/358 H, Dinasti Fathimiyah berhasil
merebut Mesir dan menjadikannya pusat syiah di Afrika. Mungkin karna alasan
tadi, Panglima Jauhar al-Shiqili mendirikan ibukota baru yang cukup megah
dengan nama al-Qahirah al-Muizziyah. Seluruh penjuru kota dipagari tembok. Di
pusat kota dibangun masjid cantik dengan nama Al-Azhar. Dari nama ibukota inilah
asal-usul penyebutan kota kairo sampai saat ini. Dalam al-Nujum al-Zahirah
dikatakan, pemberian nama tersebut karena munculnya Kaukab al-Qahir (Planet
Mars) pada saat pembangunan pertama.
Dua abad Dinasti Fathimiyah berkuasa di Mesir, Shalahuddin al-Ayyubi
kemudian berhasil mengakhiri catatan riwayatnya. Sang Panglima pun mendirikan
Dinasti Ayyubiyah. Shalahuddin sadar kalau kemeahan penguasa bukan dengan
kemampuan membangun kota, tapi dengan kesangupan menjaga persatuan ummat.
Akhirnya, Shalahuddin menggabungkan keempat kota yang di bangun pendahulunya
sebagai ibukota dinastinya tahun 1176 M/572 H. Kemudian Mamalik berkuasa, kota
Kairo semakin bugar dan mempercantik diri hingga Usmaniah.
Bangunan megah kairo abad pertengahan masih bisa kita nikmati sampai
saat ini. Setiap dinasti membangun kota dengan arsitektur khas dinastinya.
Menjadikan kota Kairo bagaikan museum arsitek islami terbesar di dunia.
Keseluruhan bangunan yang dibangun Dinasti islami itu memanjang pada dua jalan
utama kota. Jalan al-Muiz yang dimulai dari Bab Zuweyla sebelah selatan, hingga
Bab Futuh sebelah utara. Kedua, jalan marsina dan Saleeba yang dimulai dari
bundaran (Maidan) Sayyidah Zainab sebelah barat, hingga bundaran benteng
(Qal’ah) sebelah timur melewati Masjid Ahmad bin Thouloun.
Era baru kehidupan Mesir dimulai permulaan abad ke-19 M. Muhammad Ali
sebagai penguasa Mesir Modern pertama memainkan politik terbuka terhadap budaya
Barat. Ternyata tidak hanya corak kehidupan yang berubah, corak barat ikut
berimbas pada bangunan dan arsitektur kota. Ketika Khedive Ismail berkuasa
selanjutnya, Ia mulai berpikir untuk menjadikan Kairo sebagai kota kosmopolitan
di Afrika. Mungkin karna lama hidup di vienna paris, Ia bersikeras menjadikan
Mesir sebagai bagian dari Eropa. Pusat pemerintahan dipindahkan dari Qal’ah
(Benteng Shalahuddin) ke Istana Abidin. Pusat kota Wasth al-Balad (Dowtown) pun
didirikan. Pusat kota baru ini dibangun dengan meniru arsitektur Paris yang jelas
kita saksikan sampai sekarang.
Awal abad ke-20 Bendungan Aswan selesai dibangun. Dengan demikian, arus
sungai Nil mulai stabil. Pembangunan kawasan pinggiran sungai Nil pun digarap.
Garden City dan Zamalek dibangun sebelah barat, Maadi sebelah selatan dan
Heliopolis (Mishr al-jadidah) sebelah utara. Keempat kawasan ini punya style
Prancis dan Italia. Sedangkan Maadi mengikuti style villa-villa pedalaman
Inggris yang asri. Suasana sejuk dan rimbun akrab terasa. Namun berbeda dengan
Heliopolis, tempat dimana istana kepresidenan du di bangun. Style arsitektur
Eropa tak jauh terasa, namun dipadukan dengan arsitektur islami. Bangunan
berkubah bergaya kota Granada menjadi keunikan kawasan ini.
Demikian, kota Kairo abad pertengahan bergaya arsitek islami murni.
Sementara kota Alaweyad atau Khedivian hampir sepenuhnya bercorak Eropa.
Akhir abad ke-20, pertumbuhan penduduk semakin meningkat dan
industrialisasi-pun kian pesat. Arus urbanisasi tak terelakkan. Jelas
pemerintah Mesir pun harus mencari solusi dengan membangun kawasan hunian baru.
Kawasan informal ini dimulai dengan pembangunan Nasr City, Muhandiseen
sekitarnya, kawasan 6 Oktober pemerintah mulai mengarap pembanunan al-Qahirah
al-Jadidah dan memprogramkan penerbitan kawasan kumuh.
Kini, di kawasan Tajammu’ Khamis melewati Zahra telah dibangun pemukiman
baru dengan corak Eropa. Jika Anda ke Qatameya melewati kawasan ini, Anda
seolah akan berada di Kairo Baru. Berbagai pusat perbelanjaan dan bangunan meah
lainnya turut menhiasi kawasan baru ini, Jangan heran jika Anda merasa seolah
bukan di Mesir ketika memasukinya.
No comments:
Post a Comment