Siapa saja yang singgah di Mesir, mesti terkaum dengan panglima agung
islam ini. Amru bin Ash pertama kali mendarat di Mesir dengan bala tentaranya
di kawasan Arisy tahun 640 M/19 H. Dari Arisy, Amru terus bergerak ke jantung
Mesir. Perlawanan demi perlawanan dari tentara Romawi tidak bisa dianggap
enteng. Amru pun meminta suntikan pasukan pada Khalifah Umar bin Khattab
sebanyak 10.000 tentara. Pasukan tambahan pun datang dikomandani oleh Zubair
bin Awwam. Sesampainya pasukan tersebut, Amru sedang mengepung Benteng Babilon
di kawasan Fusthath. Berkecambuklah perang selama beberapa hari hingga berhasil
di taklukkan setelah usaha perundingan.
Selanjutnya, pasukan Amru terus merangkak membebaskan kawasan Faiyoum
dan pedalaman Mesir lainnya. Setelah Fusthath dititahkan pada Kharijiah bin
Huzafah, Amru meminta izin pada Umar untuk menaklukkan kota terakhir,
Iskandariah.
Di Iskandariah, Gubernur Romawi Mesir Muqauqis bertahan. Bermacam taktik
pertahanan tentara Mesir di sana mampu membuat pasukan Amru bersusah payah.
Kerenanya, dalam bilangan minggu Iskandariah belum takluk. Hingga akhirnya,
setelah tiga bulan, Muqauqis harus mengakui ketangguhan pasukan muslimin.
Selanjutnya Amru terus melakukan eskpedisi suci demi kejayaan Islam,
sampai akhirnya di tanah Kinanah. Pada masa kekhalifahan Mu’awiyah tahun 43
H/664 M, panglima Agung Amru bin Ash terbaring wafat.
Di kota Fusthath inilah Amru bin Ash mendirikan mesjid pertama di benua
Afrika. Mesjid ini kadang disebut juga dengan nama Taj al-Jawami’ (Mahkota
Mesjid-mesjid), Jami’ al-‘Atiq (Mesjid Tertua) dan Mesjid Ahlu al-Rayah
(Pemegang Panji Islam).
Menempati kawasan utara Benteng Babilon, mesjid ini dulunya berfungsi
sebagai pusat kegiatan ilmu jauh sebelum berdiri Al-Azhar. Dengan jumlah
pelajar sekitar 5000 orang. Bahkan Imam Syafi’i sering mengajar di sini. Pada
awal pembangunannya, didirikan di atas tanah seluas 1500 m dengan kondisi
bangunan yang cukup sederhana. Perluasan mesjid dimulai ketika Musallamah
al-Ashari memerintah sebagai Gubernur Mesir masa Muawiyah bin Abu Sufyan.
Lalu di masa Gubernur Abdul Aziz bin Marwan (698M/79 H) mesjid ini untuk
pertama kalinya dihancurkan guna perluasan. Pada masa Dinasti Fathimiyah
berkuasa, kilatan lapisan mosaik dan marmar mulai menghiasi sebagian dalam
mesjid.
Restorasi terakhir dilakukan Pemerintahan Murad Bey dari Dinasti Usmani
(1797 M/1212 H). Bagian dalam mesjid dihancurkan kerena banyak pilarnya yang
runtuh untuk dibangun kembali.
Mesjid dengan Sahn luas di tenggahnya serta tiga menara bercorak Turki
baru saja selesai direhab ulang. Keramik putih dan ratusan pilar kokohnya pun
kembali berseri.
Di setiap bulan Ramadhan mesjid ini disesaki jamaah. Khususnya pada malam
Khatmil Quran, 27 Ramadhan. Malam itu shalat tarawih dipimpin oleh Syaikh
Muhammad Jibril (Qari’ terkenal Mesir). Puluhan ribu orang berdesakan untuk
shalat bersamanya sambil mendengar lantunan kalam llahi dan doa Lailatul Qadar.
No comments:
Post a Comment