Friday, October 28, 2016

Mesjid Amru bin Ash






Siapa saja yang singgah di Mesir, mesti terkaum dengan panglima agung islam ini. Amru bin Ash pertama kali mendarat di Mesir dengan bala tentaranya di kawasan Arisy tahun 640 M/19 H. Dari Arisy, Amru terus bergerak ke jantung Mesir. Perlawanan demi perlawanan dari tentara Romawi tidak bisa dianggap enteng. Amru pun meminta suntikan pasukan pada Khalifah Umar bin Khattab sebanyak 10.000 tentara. Pasukan tambahan pun datang dikomandani oleh Zubair bin Awwam. Sesampainya pasukan tersebut, Amru sedang mengepung Benteng Babilon di kawasan Fusthath. Berkecambuklah perang selama beberapa hari hingga berhasil di taklukkan setelah usaha perundingan.

Selanjutnya, pasukan Amru terus merangkak membebaskan kawasan Faiyoum dan pedalaman Mesir lainnya. Setelah Fusthath dititahkan pada Kharijiah bin Huzafah, Amru meminta izin pada Umar untuk menaklukkan kota terakhir, Iskandariah.

Di Iskandariah, Gubernur Romawi Mesir Muqauqis bertahan. Bermacam taktik pertahanan tentara Mesir di sana mampu membuat pasukan Amru bersusah payah. Kerenanya, dalam bilangan minggu Iskandariah belum takluk. Hingga akhirnya, setelah tiga bulan, Muqauqis harus mengakui ketangguhan pasukan muslimin.

Selanjutnya Amru terus melakukan eskpedisi suci demi kejayaan Islam, sampai akhirnya di tanah Kinanah. Pada masa kekhalifahan Mu’awiyah tahun 43 H/664 M, panglima Agung Amru bin Ash terbaring wafat.

Di kota Fusthath inilah Amru bin Ash mendirikan mesjid pertama di benua Afrika. Mesjid ini kadang disebut juga dengan nama Taj al-Jawami’ (Mahkota Mesjid-mesjid), Jami’ al-‘Atiq (Mesjid Tertua) dan Mesjid Ahlu al-Rayah (Pemegang Panji Islam).

Menempati kawasan utara Benteng Babilon, mesjid ini dulunya berfungsi sebagai pusat kegiatan ilmu jauh sebelum berdiri Al-Azhar. Dengan jumlah pelajar sekitar 5000 orang. Bahkan Imam Syafi’i sering mengajar di sini. Pada awal pembangunannya, didirikan di atas tanah seluas 1500 m dengan kondisi bangunan yang cukup sederhana. Perluasan mesjid dimulai ketika Musallamah al-Ashari memerintah sebagai Gubernur Mesir masa Muawiyah bin Abu Sufyan.

Lalu di masa Gubernur Abdul Aziz bin Marwan (698M/79 H) mesjid ini untuk pertama kalinya dihancurkan guna perluasan. Pada masa Dinasti Fathimiyah berkuasa, kilatan lapisan mosaik dan marmar mulai menghiasi sebagian dalam mesjid.

Restorasi terakhir dilakukan Pemerintahan Murad Bey dari Dinasti Usmani (1797 M/1212 H). Bagian dalam mesjid dihancurkan kerena banyak pilarnya yang runtuh untuk dibangun kembali.
Mesjid dengan Sahn luas di tenggahnya serta tiga menara bercorak Turki baru saja selesai direhab ulang. Keramik putih dan ratusan pilar kokohnya pun kembali berseri.


Di setiap bulan Ramadhan mesjid ini disesaki jamaah. Khususnya pada malam Khatmil Quran, 27 Ramadhan. Malam itu shalat tarawih dipimpin oleh Syaikh Muhammad Jibril (Qari’ terkenal Mesir). Puluhan ribu orang berdesakan untuk shalat bersamanya sambil mendengar lantunan kalam llahi dan doa Lailatul Qadar.


No comments:

Post a Comment