Sunday, October 30, 2016

Mesjid dan Makam Sayyidah Nafisah





Sayyidah Nafisah adalah putri Hasan bin Zaid bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Dilahirkan tahun 145 H di Mekkah dan besar di Madinah. Ia adalah salah satu keturunan Ahlul Bait yang Hijrah ke Mesir dan menetap sejak tahun 193 H. bersama suami Ishak al-Mu'tashim bin Ja'far al-Shadiq setelah lebih dulu berkunjung ke Baitul Maqdis. Hidup semasa dengan Sayyidah Sukainah (anak pamannya) dan Imam Syafi'i, terkenal dengan ketakwaan dan ke zuhudannya.

Makan Sayyidah Nafisah pertama kali di bangun oleh Ubaidillah bin Sarra bin Hakam pada masa Daulah Umayyah yang dilanjutkan masa Fathimiyah dengan menambah kubah di atasnya. Lalu di masa Amir Abdurrahman Kadkhuda, bangunan makam dan mesjid disempurnakan seperti sekarang.

Mesjid yang terletak di Maidan Sayyidah Nafisah kawasan Zeinhom ini sangat ramai dikunjungi orang, khususnya pengikut tarekat Sufi. Bangunan mesjid sekarang sudah di perluas dari banunan awalnya. Uniknya, perluasan dilakukan dengan membangun mesjid baru tanpa perombakan mesjid lama sekaligus penambahan serambi baian depan. Kedua mesjid tersebut dipungsikan satu. Shalat jamaah dan pengajian ilmu agama tak lepas dari mesjid ini.



Mesjid dan Makam Sayyidah Sukainah





Sayyidah Sukainah adalah putri Sayyidina Husen bin Ali bin Abi Thalib yang lahir tahun 47 H. Ibunya bernama Rabab binti Amru al-Qais.

Sukainah dimakamkan di rumahnya, di kawasan Hay al-Khalifah sekarang. Mesjidnya baru dibangun masa Abdurrahman Kadkhuda tahun 1173 H. Sempat mengalami kerusakan bangunan hingga akhirnya direnovasi oleh Kementrian Wakaf (Wizaratul Auqaf) pada abad 13 H.

Mesjid ini memiliki menara bergayakan Mamalik dengan empat baris pilar terbuat dari batu pualam. Makam Sayyidah Sukainah berada di sebelah kanan pintu masuk bagian depan.


Mesjid dan Makam Sayyidah Zainab






Sayyidah Zainab ra. dilahirkan pada tahun ke 6 H, dua tahun setelah kelahiran Hasan dan Husen. Zainab adalah nama yang diberikan oleh kakeknya Rasulullah. Putri dari Fatimah dan Ali bin Abi Thalib ini merupakan wanita pertama yang berperan di pangung politik dalam Islam.

Ia tiba di Mesir pada bulan Sya'ban tahun 61 H disebabkan permintaan Gubernur Madinah untuk meningalkan kota tersebut. Setahun di Mesir, Sayyidah wafat pada tahun 62 H. Makamnya terletak di daerah yang dikenal dengan Maidan Sayyidah Zainab, Kairo.

Adapun Mesjid di bangun sesama dengan mesjid Husen. Lalu direnovasi tahun 1548 dan dibangun kembali tahun 1761. Penyempurnaan bangunan dilakukan tahun 1884 dan 1942.

Dengan sebuah menara bercorak Mamallik dan kuba di depannya, mesjid yang berbentuk empat persei panjang ini memiliki interior terbuat dari batu pualam dan batu biasa. Makan Sayyidah Zainab ra. berada di bagian tengah sisi kiri atau sebelah kiri pintu masuk laki-laki. Di bagian depan mesjid terdapat kuburan Syaikh itris, seorang ahli tasawuf dan fiqih dalam mazhab Syafi'i.

Di mesjid ini, sekarang dibuka perpustakaan manuskrip islami di bawah naungan Kementrian Wakaf Mesir.

Friday, October 28, 2016

Mesjid dan Makam Imam Syafi’i





Imam Syafi’I dikenal sebagai mujtahid brilian dalam sejarah Islam. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi’i. Beliau keturunan Arab Quraisy, bertemu nasab dengan Rasullullah Saw. Pada kakeknya Abdil Manaf. Dilahirkan di Gaza pada tahun 150 H, tahun di mana Imam Abu Hanifah meninggal dunia.

Di masa kecil, Imam Syafi’I telah menghafal Al-Quran sebelum melewati umur tujuh tahun. Genap sepuluh tahun, kitab Muwatha’ Imam Malik telah dihafalnya. Kecerdasan Beliau memang sudah tampak sejak kecil. Manakala berguru pada Imam Malik di Madinah, kejeniusan Beliau semakin terlihat.

Kedatangan Imam Syafi’I ke Mesir tahun 198 H. dari Irak punya sejarah sendiri. Petualangan inilah salah satu penyebab Beliau melahirkan Mazhab Jadid dalam ijtihad fikihnya yang selama di Irak dikenal denan Mazhab Qadim. Selama menetap di Mesir banyak karya yang Beliau lahirkan. Di antaranya adalah Kitab al-Um, referensi utama pendapat Beliau. Keunikan fikih Beliau adalah kemampuan mengabungkan pemahaman nash Al-Quran dan Hadist dengan logika (al-ra’yu).

Beliau wafat di Kairo pada akhir Rajab tahun 204 H dalam usianya 54 tahun dan dimakamkan di Qarrah al-Sughra dikenal dengan Hay al-Syafi’i

Sementara mesjid Syafi’I dibangun oleh Pangeran Abdurrahman Kadkhuda tahun 1157 H. Pada masa Taufik Pasha tahun 1303 H dilakan renovasi bangunan hingga mihrab berada di tengah arah kiblat. Proyek ini digarap oleh arsitek terkenal kala itu, al-hazi Ahmad Muukhtar.

Sebelah kanan mesjid terdapat pintu masuk menuju makan Imam Syafi’I dan makan Syaikh Zakaria Anshari, salah seorang ulama dan pengikut mazhab Syafi’i yang cukup tersohor. Kuburan Imam Syafi’I sendiri berada agak terpisah dari mesjid, dan dibangun di atasnya sebuah kubah besar berhiaskan tulisan Al-Qur’an. Kubah makan terbesar di bangun oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Bangunan makamnya juga dikelilingi dinding kayu berukir indah, hadiah kaum muslimin india. Di samping makan imam Syafi’I adalah kuburan Malikatu al-Syams, permaisuri Shalahuddin dan anaknya al-Aziz Usman serta kuburan ibunda al-Malik al-Kamil.

Tak jauh dari lokasi mesjid terdapat makam Imam Waqi’ bin Jarrah, salah seorang guru Imam Syafi’I yang juga disebut dalam bait sya’irnya yang cukup terkenal. Salam sejahtera untukmu wahai Imam.

Dari arah Sayyidah Aisyah, Anda tinggal mengambil arah kiri, mengikuti jalan masuk menuju mesjid Imam mulia ini. Tempatnya sudah populer, setiap hari banyak orang menziarahi makam Beliau.


Disekitar makam Imam Syafi’I, Anda juga bisa menziarahi pusara Imam Jalaluddin al-Suyuthi, Ibnu Hajar al-Asqalani, Imam Laits, Rabiah al-Adawiyah dan sahabat Uqbah bin Amir.


Mesjid Amru bin Ash






Siapa saja yang singgah di Mesir, mesti terkaum dengan panglima agung islam ini. Amru bin Ash pertama kali mendarat di Mesir dengan bala tentaranya di kawasan Arisy tahun 640 M/19 H. Dari Arisy, Amru terus bergerak ke jantung Mesir. Perlawanan demi perlawanan dari tentara Romawi tidak bisa dianggap enteng. Amru pun meminta suntikan pasukan pada Khalifah Umar bin Khattab sebanyak 10.000 tentara. Pasukan tambahan pun datang dikomandani oleh Zubair bin Awwam. Sesampainya pasukan tersebut, Amru sedang mengepung Benteng Babilon di kawasan Fusthath. Berkecambuklah perang selama beberapa hari hingga berhasil di taklukkan setelah usaha perundingan.

Selanjutnya, pasukan Amru terus merangkak membebaskan kawasan Faiyoum dan pedalaman Mesir lainnya. Setelah Fusthath dititahkan pada Kharijiah bin Huzafah, Amru meminta izin pada Umar untuk menaklukkan kota terakhir, Iskandariah.

Di Iskandariah, Gubernur Romawi Mesir Muqauqis bertahan. Bermacam taktik pertahanan tentara Mesir di sana mampu membuat pasukan Amru bersusah payah. Kerenanya, dalam bilangan minggu Iskandariah belum takluk. Hingga akhirnya, setelah tiga bulan, Muqauqis harus mengakui ketangguhan pasukan muslimin.

Selanjutnya Amru terus melakukan eskpedisi suci demi kejayaan Islam, sampai akhirnya di tanah Kinanah. Pada masa kekhalifahan Mu’awiyah tahun 43 H/664 M, panglima Agung Amru bin Ash terbaring wafat.

Di kota Fusthath inilah Amru bin Ash mendirikan mesjid pertama di benua Afrika. Mesjid ini kadang disebut juga dengan nama Taj al-Jawami’ (Mahkota Mesjid-mesjid), Jami’ al-‘Atiq (Mesjid Tertua) dan Mesjid Ahlu al-Rayah (Pemegang Panji Islam).

Menempati kawasan utara Benteng Babilon, mesjid ini dulunya berfungsi sebagai pusat kegiatan ilmu jauh sebelum berdiri Al-Azhar. Dengan jumlah pelajar sekitar 5000 orang. Bahkan Imam Syafi’i sering mengajar di sini. Pada awal pembangunannya, didirikan di atas tanah seluas 1500 m dengan kondisi bangunan yang cukup sederhana. Perluasan mesjid dimulai ketika Musallamah al-Ashari memerintah sebagai Gubernur Mesir masa Muawiyah bin Abu Sufyan.

Lalu di masa Gubernur Abdul Aziz bin Marwan (698M/79 H) mesjid ini untuk pertama kalinya dihancurkan guna perluasan. Pada masa Dinasti Fathimiyah berkuasa, kilatan lapisan mosaik dan marmar mulai menghiasi sebagian dalam mesjid.

Restorasi terakhir dilakukan Pemerintahan Murad Bey dari Dinasti Usmani (1797 M/1212 H). Bagian dalam mesjid dihancurkan kerena banyak pilarnya yang runtuh untuk dibangun kembali.
Mesjid dengan Sahn luas di tenggahnya serta tiga menara bercorak Turki baru saja selesai direhab ulang. Keramik putih dan ratusan pilar kokohnya pun kembali berseri.


Di setiap bulan Ramadhan mesjid ini disesaki jamaah. Khususnya pada malam Khatmil Quran, 27 Ramadhan. Malam itu shalat tarawih dipimpin oleh Syaikh Muhammad Jibril (Qari’ terkenal Mesir). Puluhan ribu orang berdesakan untuk shalat bersamanya sambil mendengar lantunan kalam llahi dan doa Lailatul Qadar.


Monday, October 24, 2016

Populasi Rakyat Mesir





Luas wilayahnya hanya 450 km (175 mil). Terbentang di tepian sungai Nil sepanjang 40 km (25 mil) dari itara ke selatan. Sebelah barat dikelilingi sungai Nil dan perbukitan Jabal Muqattam yang berbaris rapi. Sementara baian selatan adalah hamparan gurun yang luas.

Baru-baru ini, diadakan studi tentang kepadatan penduduk, polusi, kebisingan kota dan penghijauan. Studi ini meliputi 100 kota besar di dunia. Kota Melbourne menduduki peringkat pertama. Sementar Kairo pada posisi ke 82. Tingkat kepadatan penduduk kota Kairo berkisar dari 36.000 orang per KM, hingga 100.000 orang per km di beberapa kawasan. Jelas data ini mengejutkan, di mana kepadatan rata-rata kota di Eropa tidak melebihi 8000 orang saja. Sementara luas lahan hijau di Kairo hanya 30 cm, di mana 18 m persegi di Eropa.

Al-Qahirah al-Kubra yang meliputi tiga kawasan, kairo, Giza dan Qalyubiyah, mempunyai 20 juta populasi. Enam juta di antaranya berdesakan di kawasan kumuh seperti Mansyiah al-Nashr, Imbaba atau Syoubra al-Kheimah. Di samping penduduk asli, Kairo juga didatangi oleh penduduk pedalaman (Sha’ayidah) Mesir yang datang hari-harinya untuk bekerja. Jelas semakin memadati kota.

Untuk kelancaran arus kota, pemerintah membangun Metro System (kereta api listrik bawah tanah) sebagai transportasi kota paling cepat. Di samping itu pembuatan terowongan dan jalan layang semakin dipacu.


Anda dapat membayangkan kondisi kota yang padat ini. Riuh dan bising menjadi musik harian. Ditambah polusi dan semraut menjadikan wajah kota kian payah nan suram. Namun panorama hijau teman-teman seperti Hadiqah Al-Azhar, Hadiqah Zuhriyah, Hadiqah Dauly dan club-club olah raga banyak bertebaran. Itulah jantung kota yang terus berdenyut menjadikan tetap sehat dan bugar.

Jangan pula lupa bahwa sungai Nil sebagai nadi kota yang merayap membelah Kairo menjadikan hawa sejuk menyegarkan. Di atas restoran terapung Anda bisa terhanyuk dalam lamunan kota yang sarat dengan manusia dan makna sejarah ini. Silakan dibuktikan “ siapa yang pernah meneguk air sungai Nil ia akan kembali lagi.”

Sekilas Tentang Kairo




Kalo ditanya tentang kota bersejarah paling tua didunia, kairo adalah salah satu jawabannya. Kota tua ini bak warisan peradapan bangsa-bangsa yang pernah berjaya dalam sejarah. Kairo telah memulai sejarah sejak millenium keempat sebelum masehi. Tepatnya tatkala Fir’aun (Pharaoh) mendirikan kota Menphis, selatan pusat kota sekarang.

Ketika bangsa Yunani Kuno berkuasa, Kota Heliopolis pun dibangun. Namun sayang “Kota Matahari” ini sirna. Dari puing-puingnya bagai ditelan debu gurun untuk selamanya. Supaya terus dikenang, penyebutan Heliopolis masih tetap dinobatkan untuk kawasan mishr al-jadidah saat ini. Sedangkan Babilon adalah nama kota yang dibangun oleh bangsa Persia ketika mereka menancapkan kuku di Mesir.

Seluruh kota yang dibangun pada masa sejarah permulaan dana awal masehi hampir bisa dikatakan telah punah. Yang dapat disaksikan adalah Kota kairo yang dibangun sejak masa Futuh islami abad pertengahan dan Kairo Alaweyad pada masa Muhammad Ali. Karenanya, bangunan Kota Kairo dapat kita klasifikasikan menjadi tiga periode: Periode pertengahan, Muhammad Ali dan kontemporer.

Pembangunan Kairo abad pertengahan dimulai sejak futuh yang dilakukan Amru bin Ash tahun 641 M/ 20H. Panglima Amru mendirikan Kota Islam pertama di Afrika bernama Fusthath. Kota ini terus berkembang sebagai pusat penyebaran Islam di Afrika sampai berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah. Manakala Bani Abbasiah berkuasa, Khalifah Abu Abbas Abdullah al-Saffah menunjuk Abdul Malik bin Yazid sebagai Gubernur Mesir. Entah karena alasan politik, Abdul Malik pun membangun Kota Askar sebagai pusat pemerintahan menggantikan Fusthath. Kota Askar ini mulai dibangun tahun 751M/133H.

Dinasti Thoulouniyah berkuasa. Ahmad bin Thouloun membangun ibukota baru pula. Pusat pemerintahan baru ini dibangun tahun 870 M/256 H dengan nama Qathai’. Berdampingan dengan kota Askar, kota ini bertahan sampai Dinasti Ikhsyid.

Boleh jadi sebuah kebanggan kalau setiap penguasa atau dinasti sanggup membangun ibu kotanya sendiri. Tahun 969 M/358 H, Dinasti Fathimiyah berhasil merebut Mesir dan menjadikannya pusat syiah di Afrika. Mungkin karna alasan tadi, Panglima Jauhar al-Shiqili mendirikan ibukota baru yang cukup megah dengan nama al-Qahirah al-Muizziyah. Seluruh penjuru kota dipagari tembok. Di pusat kota dibangun masjid cantik dengan nama Al-Azhar. Dari nama ibukota inilah asal-usul penyebutan kota kairo sampai saat ini. Dalam al-Nujum al-Zahirah dikatakan, pemberian nama tersebut karena munculnya Kaukab al-Qahir (Planet Mars) pada saat pembangunan pertama.

Dua abad Dinasti Fathimiyah berkuasa di Mesir, Shalahuddin al-Ayyubi kemudian berhasil mengakhiri catatan riwayatnya. Sang Panglima pun mendirikan Dinasti Ayyubiyah. Shalahuddin sadar kalau kemeahan penguasa bukan dengan kemampuan membangun kota, tapi dengan kesangupan menjaga persatuan ummat. Akhirnya, Shalahuddin menggabungkan keempat kota yang di bangun pendahulunya sebagai ibukota dinastinya tahun 1176 M/572 H. Kemudian Mamalik berkuasa, kota Kairo semakin bugar dan mempercantik diri hingga Usmaniah.

Bangunan megah kairo abad pertengahan masih bisa kita nikmati sampai saat ini. Setiap dinasti membangun kota dengan arsitektur khas dinastinya. Menjadikan kota Kairo bagaikan museum arsitek islami terbesar di dunia. Keseluruhan bangunan yang dibangun Dinasti islami itu memanjang pada dua jalan utama kota. Jalan al-Muiz yang dimulai dari Bab Zuweyla sebelah selatan, hingga Bab Futuh sebelah utara. Kedua, jalan marsina dan Saleeba yang dimulai dari bundaran (Maidan) Sayyidah Zainab sebelah barat, hingga bundaran benteng (Qal’ah) sebelah timur melewati Masjid Ahmad bin Thouloun.

Era baru kehidupan Mesir dimulai permulaan abad ke-19 M. Muhammad Ali sebagai penguasa Mesir Modern pertama memainkan politik terbuka terhadap budaya Barat. Ternyata tidak hanya corak kehidupan yang berubah, corak barat ikut berimbas pada bangunan dan arsitektur kota. Ketika Khedive Ismail berkuasa selanjutnya, Ia mulai berpikir untuk menjadikan Kairo sebagai kota kosmopolitan di Afrika. Mungkin karna lama hidup di vienna paris, Ia bersikeras menjadikan Mesir sebagai bagian dari Eropa. Pusat pemerintahan dipindahkan dari Qal’ah (Benteng Shalahuddin) ke Istana Abidin. Pusat kota Wasth al-Balad (Dowtown) pun didirikan. Pusat kota baru ini dibangun dengan meniru arsitektur Paris yang jelas kita saksikan sampai sekarang.

Awal abad ke-20 Bendungan Aswan selesai dibangun. Dengan demikian, arus sungai Nil mulai stabil. Pembangunan kawasan pinggiran sungai Nil pun digarap. Garden City dan Zamalek dibangun sebelah barat, Maadi sebelah selatan dan Heliopolis (Mishr al-jadidah) sebelah utara. Keempat kawasan ini punya style Prancis dan Italia. Sedangkan Maadi mengikuti style villa-villa pedalaman Inggris yang asri. Suasana sejuk dan rimbun akrab terasa. Namun berbeda dengan Heliopolis, tempat dimana istana kepresidenan du di bangun. Style arsitektur Eropa tak jauh terasa, namun dipadukan dengan arsitektur islami. Bangunan berkubah bergaya kota Granada menjadi keunikan kawasan ini.
Demikian, kota Kairo abad pertengahan bergaya arsitek islami murni. Sementara kota Alaweyad atau Khedivian hampir sepenuhnya bercorak Eropa.

Akhir abad ke-20, pertumbuhan penduduk semakin meningkat dan industrialisasi-pun kian pesat. Arus urbanisasi tak terelakkan. Jelas pemerintah Mesir pun harus mencari solusi dengan membangun kawasan hunian baru. Kawasan informal ini dimulai dengan pembangunan Nasr City, Muhandiseen sekitarnya, kawasan 6 Oktober pemerintah mulai mengarap pembanunan al-Qahirah al-Jadidah dan memprogramkan penerbitan kawasan kumuh.

Kini, di kawasan Tajammu’ Khamis melewati Zahra telah dibangun pemukiman baru dengan corak Eropa. Jika Anda ke Qatameya melewati kawasan ini, Anda seolah akan berada di Kairo Baru. Berbagai pusat perbelanjaan dan bangunan meah lainnya turut menhiasi kawasan baru ini, Jangan heran jika Anda merasa seolah bukan di Mesir ketika memasukinya.


Thursday, October 20, 2016

Wisata di Mesir




Dengan peradapan yang telah dimulai sejak sekitar 7000 tahun lampau, Mesir menempatkan dirinya dalam urutan atas negara-negara tujuan wisata dunia. Hal ini tidak aneh, apalagi piramida dan sphinx (salah satu dari tujuan wisata dunia) sudah ribuan tahun sebelum masehi berdiri kukuh menjadi saksi bisu lahirnya peristiwa-peristiwa bersejarah di lembah Nil.

jangan pula Anda heran bila melangkah ke negara ini, setiap jengkal tanah yang dipijak akan mengisahkan pristiwa sejarah tersendiri, beitulah kira-kira. Seakan-akan kita sedang berjalan menelusuri sebuah museum raksasa yang menyimpan ribuan peningalan sejarah berbagai peradapan, mulai dari Fir'aun (Pharaonic), yunani (Hellenistic), Romawi hingga peradapan Islam yang perna ada dan berkembang di negeri Ardh al-Kinanah ini.

Rahasia sejarah Mesir Kuno tersingkap sejak Jean Francois Champollion, seorang budayawan yang mengikuti ekspedisi Napoleon Bonaparte. Ketika menduduki Mesir tahun 1798 M berhasil menyelidiki sebuah batu bertulis (prasasti) yang ditemukan di kampung Rasyid (belakangan dikenal dengan Rosetta Stone), Prasasti tersebut memuat dekrit Ptolemi V dari Yunani tahun 320 SM. Dekrit itu terdiri atas tiga tulisan, yaitu Hierogliph, Heratic dan Demotic yang merupakan terjemahan antara satu sama lain. Dalam penyelidikan Champollion selama puluhan tahun atas prasasti itu, terbacalah nama ptolemi dan Cleopatra. Sejak saat itu huruf hierogliph dapat dibaca, tersinkaplah rahasia sejarah Mesir Kuno.

Dengan kekayaan alam wisatanya, devisa yang diperoleh mencapai $ 7,2 Milyar dengan jumlah wisatawan yang melampaui tujuh juta orang. Kini Pemerintah Mesir terus berusaha meningkatkan pelayanan bagi para wisatawan dan upaya melestarikan kawasan wisata dan peningalan sejarah lainnya guna perolehan income yang lebih tinggi dari sektor ini.