Friday, October 27, 2017

Mesjid Al-Azhar




poto, mesjid Al-Azhar



Mulai dibangun tahun 970 M/359 H, oleh Panglima Jauhar al-Shiqilli atau perintah Muiz li Dinillah yang memerintah Dinasti Fathimiyah (berpusat di Tunisia). Hanya dalam Rentan waktu 26 bulan mesjid ini rampung dibangun. Beriringan dengan pembangunan kota al-Qahirah. Boleh jadi penamaan Al-Azhar nisbah kepada Fatimah al-Zahra' buah hati Nabi Saw. atau nama lain dari warna putih berkilauan (al-Muzhir), warna khas mesjid-mesjid Fathimayah.

Mesjid ini pertama dibangun sebagai pusat penyebaran aliran Syiah Ismailiah. Namun ketika ditaklukan oleh Shalahuddin al-Ayyubi, berubah menjadi pusat studi Ahlussunnah.

Di sini poros ilmu pengetahuan berputar sejak lama hingga sekarang. Banyak ilmuan lahir di Jami' Al-Azhar. Cukup Anda ketahui bahwa Ibnu Haitsam, ilmuwan optical muslim dengan karyanya al-Manadhir perna menetap di sini hingga meningal tahun 430 H. Begitu juga pakar Nahwu Sharaf al-Hufi meningal 469 H. Dari sini pula Al-Azhar sebagai universitas Islam tertua dunia muncul.

Secara arsitektur, mesjid Al-Azhar punya corak unik, baik dari ukiran pilarnya hingga lima menara yang berdiri kokoh. Satu dari kelima menara ini (menara al-Ghun) memiliki ciri khas puncaknya yang bercabang dua. Sebagaimana ghalib mesjid lama di Mesir. Di bagian tengah terdpat pula ruangan luas terbuka (shahn) menambah kemegahannya.

Pintu utama diberi nama Bab al-Muzayini dihiasi  dengan stalaktit. Di sebelah kiri serambi terdapat Madrasah Aqbaughawiya yang dibangun tahun 1340 M dan kemudian difungsikan sebagai pustaka. sementara sebelah kanan adalah Madrasah Taybarsiya, di bangun tahun 1310 M, serta pintu menuju Kantor Pelayanan Hukum Islam (Lajnah Fatwa Al-Azhar) yang masih difungsikan untuk umum hingga kini.

Di dalam mesjid Al-Azhar juga terdapat beberapa tempat pengajian (ruwaq), seperti ruwaq Abbasiah (tertutup), Atrak, Maghribah dan Syam. Ruwaq ini dulunya adalah tempat para fakir miskin Turki, Maroko (Maghrib) dan Syam yang tinggal di mesjid guna menuntut ilmu. Jumlah mereka konon mencapai 750 orang menurut penuturan sejarawan Islam al-Magrizy. Mungkin untuk melestarikan sejarah yang muliah ini, hingga kini masih di buka pengajian umum mengkaji kitab-kitab fikih, hadis, akidah dan bahasa arab yang di bimbim oleh guru-guru besar (masyayikh) dan universitas Al-Azhar.

Banyak mahasiswa asing yang aktif ikut pengajian tersebut terkhusus liburan musim panas. selain itu, bagian depan mesjid tempat biasanya diadakan pengajian disebut dengan dhinillah. Ada Dhinillah Fathimiyah di mihrab paling depan dan Dhinillah Usmaniyah tempat biasanya dilaksanakan shalat jamaah sekarang.